Weton Jawa : Menghitung Weton Berdasar Tanggal Lahir

Dalam budaya Jawa, weton dianggap penting karena sering digunakan untuk berbagai keperluan seperti menentukan hari baik untuk acara pernikahan, pindah rumah, bahkan untuk usaha. Beberapa metode peramalan ditemukan dalam sistem perhitungan neptu weton Jawa, yang biasa disebut dengan wetonan. 

Apa Itu Weton Jawa?

Dalam kepercayaan adat budaya Jawa makna dari fenomena yang akan terjadi pada hari tertentu bisa diramal dalam suatu siklus hari dalam kalender Jawa. Moco ing waskito yang memiliki makna manusia harus bisa membaca situasi alam dan mawas diri. Perhitungan neptu weton Jawa mempunyai beberapa versi seperti pancasuda, saptawara/pancawara, dan kamarokam.

Para leluhur memiliki kepercayaan bahwa hari seorang anak dilahirkan akan sangat berpengaruh dengan sifat, karakter dan jalan hidupnya. Tidak hanya sebagai penanda kelahiran seseorang saja, namun dapat digunakan untuk menentukan masa tanam dan panen, meramal kecocokan jodoh, ataupun bisa juga untuk menentukan hari baik. Weton dihitung berdasarkan dua komponen utama: hari biasa dan hari pasaran.

Komponen Utama dalam Menghitung Weton

Menghitung weton membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang dua komponen utamanya. Kedua komponen ini digabungkan akan menghasilkan weton, yang memiliki nilai penting bagi berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa.

  1. Hari Biasa ( Dina Masehi )

Hari biasa merujuk pada hari-hari dalam seminggu yang dikenal secara umum dalam kalender Masehi. Berikut adalah deskripsi rinci dari setiap hari dalam seminggu:

Hari Minggu : Minggu dianggap sebagai hari istirahat dan waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Dalam konteks pada budaya Jawa, minggu sering digunakan untuk melaksanakan berbagai acara keluarga dan kegiatan sosial. 

Hari Senin : Senin merupakan hari yang menandai awal minggu dimulainya kerja atau sekolah. Dalam kepercayaan masyarakat jawa, senin sering diasosiasikan sebagai semangat baru dan inisiatif untuk memulai tugas atau proyek baru. 

Hari Selasa : Hari yang baik untuk melanjutkan pekerjaan dan usaha. Dalam beberapa tradisi Jawa, selasa sering sekali dipilih sebagai hari baik dan dikaitkan dengan stabilitas dan kontinuitas. Sehingga banyak kegiatan yang memerlukan keberlanjutan dan ketekunan dimulai pada hari selasa.

Hari Rabu : Hari pertengahan minggu atau hari rabu dianggap baik untuk introspeksi dan merencanakan langkah selanjutnya. Dalam kebudayaan Jawa, hari rabu digunakan untuk menelaah kegiatan yang telah dilaksanakan sejak awal minggu. 

Hari Kamis : Hari yang sering dikaitkan dengan persiapan untuk akhir pekan. Pada budaya Jawa, kamis dipilih sebagai hari untuk melakukan ritual atau upacara keagamaan karena dianggap sebagai hari pembawa berkah dan keberuntungan. Hari ini digunakan untuk melaksanakan acara spiritual dikarenakan hari kamis membawa ketenangan dan kesejahteraan.

Hari Jumat : Hari yang sangat dihormati, terutama dalam konteks keagamaan. Secara adat, jumat adalah hari yang baik untuk melakukan ritual adat, seperti syukuran ataupun selamatan karena energi spiritual yang tinggi pada hari ini.

Hari Sabtu : Dalam budaya Jawa, Sabtu juga dianggap sebagai hari yang baik untuk menyelesaikan urusan yang tidak sempat diselesaikan selama minggu kerja. Sabtu juga sering dipilih untuk acara-acara keluarga atau pertemuan sosial, karena banyak orang memiliki waktu luang pada hari ini.

    2. Hari Pasaran 

Hari pasaran adalah siklus lima hari dalam kalender Jawa, yang digunakan bersamaan dengan hari biasa untuk menghitung weton. Dinamakan hari pasaran karena pada jaman kuno digunakan untuk menentukan dibukanya pasar. Berikut deskripsi detail tentang hari pasaran.

Kliwon : Hari pasaran yang memiliki energi spiritual yang kuat. Dalam tradisi Jawa, hari pasaran kliwon sering digunakan untuk melakukan ritual dan upacara yang memerlukan kekuatan batin yang tinggi. Hari ini juga sering diasosiasikan dengan keseimbangan dan harmoni. Kliwon sering dipilih untuk kegiatan spiritual seperti doa bersama, meditasi, atau ritual bersih desa.

Legi (Manis) : Legi atau dikenal juga sebagai manis, adalah hari pasaran yang membawa energi positif dan keberuntungan. Orang Jawa percaya bahwa Legi adalah hari yang baik untuk memulai usaha baru atau melaksanakan acara penting. Legi juga dianggap sebagai hari yang baik untuk aktivitas sosial dan mempererat hubungan keluarga. Hari ini sering digunakan untuk acara-acara yang membutuhkan suasana gembira dan harmonis, seperti pernikahan atau syukuran.

Pahing : Hari pasaran ini diasosiasikan dengan kekuatan dan keberanian. Dalam tradisi Jawa, Pahing dipilih untuk melakukan kegiatan yang memerlukan tekad dan ketegasan. Pahing sering dipilih untuk kegiatan yang memerlukan keberanian dan ketegasan, seperti memulai usaha baru atau menghadapi tantangan besar.

Pon : Hari yang membawa ketenangan dan kedamaian. Hari ini sering dipilih untuk aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan fokus, seperti meditasi atau pekerjaan yang memerlukan perhatian penuh. Banyak orang memilih Pon untuk kegiatan yang memerlukan ketenangan batin dan pikiran, seperti penulisan atau penelitian.

Wage : Hari pasaran yang dikaitkan dengan kebijaksanaan dan introspeksi. Dalam kebudayaan Jawa, hari ini biasanya digunakan untuk melakukan upacara atau ritual yang memerlukan perenungan mendalam. Hari ini juga dianggap baik untuk belajar dan menambah pengetahuan.

Cara Menghitung Weton

Weton digunakan untuk menentukan tanggal yang baik dan menghindari hari yang dianggap membawa nasib buruk. Perhitungannya akan dilakukan oleh tetua dan yang memiliki cukup ilmu. Cara perhitungan weton kelahiran dengan manual yaitu perhitungan kalender Jawa. Contohnya, jika seseorang lahir pada tanggal 22 Mei 2000. 

Pada tabel diatas bisa kita lihat bahwa Mei 2000 menemukan angka 1. Lalu jumlahkan angka yang sudah didapat dengan tanggal lahir sebelumnya.

Pada angka sebelumnya mendapatkan angka 1 dan tanggal lahir 22, jadi jumlahkan 1 + 22 = 23. Angka 1 menunjukan hari Minggu. Untuk mengetahui pasaran weton, bisa mencari di kalender pasaran yang mempunyai 5 hari. 

Pada angka sebelumnya didapatkan angka 23, maka termasuk pasaran legi (manis). Jadi 22 Mei 2000 adalah minggu legi (manis).

Cara yang kedua : Menggunakan neptu hari dan pasaran Jawa, dengan cara menjumlahkan neptu hari dan pasaran. Contohnya, untuk hari sabtu legi ( manis ) maka Anda jumlahkan neptu hari dan pasaran masing-masing. Untuk menghitungnya jumlahkan neptu hari sabtu yang bernilai 9 dengan nilai 5 untuk pasaran jawa legi (manis). Jadi, 9 + 5 = 14 jumlah neptu dari seseorang yang dimana lahir pada hari sabtu legi yaitu 14.

Cara yang ketiga : Untuk cara menghitung yang berdasarkan pada bulan dan tahun Jawanya, biasanya diperuntukkan untuk memperkirakan musim. Kalender tradisional (Jawa) akan berubah tahun setiap satu windu sekali. Contoh perhitungannya adalah jika seseorang lahir di bulan sawal dan tahun dal maka 7 + 4 = 11, angka 11 merupakan hasil akhir dari penjumlahan dan weton neptu bulan serta tahun Jawa.

Kombinasi dari hari biasa dan hari pasaran ini menciptakan sebuah sistem yang kaya dan kompleks, yang tidak hanya digunakan untuk menentukan hari baik, tetapi juga untuk memahami karakter, nasib, dan kecocokan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan.

Didukung Oleh :

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *